Surat untuk Ibuku tercinta



SURAT UNTUK IBU

Oleh: TheEldeer

            Ibu, aku ingin membalas semua jasamu, bu. Namun, pengorbananmu, cintamu, sayang yang tulus kau beri padaku tak akan mampu ku balas. Andai kata bisa semua dihitung dengan uang, kurasa, hutangku pada ibu sudah menggunung. Tak sanggup pula aku membayarnya, meski dengan bekerja seumur hidup. Tapi, engkau sungguh berhati mulia. Tak kau hitung sepersenpun sayangmu.
            Bu, maaf, hingga saat ini aku belum mampu mewujudkan cita citamu, bu. Do’a kan selalu, aku disini sedang berjuang, agar kita dapat pergi ke Tanah Suci, mewujudkan cita citamu. Aku harap, usahaku ini tidak sia sia. Meski telah membuatmu bahagia nanti, itu masih belum cukup membayar cintamu.
            Bu, aku masih ingat kala engkau memarahiku. Saat itu, aku merasa ini tak adil. Ibu yang aku harapkan, malah memarahiku, bahkan mencubit. Dengan polosnya, kusentuh bekas cubit itu. Sungguh, benar sakit, bu! Memar di tubuh, pula memar di hati. Saat itu, tersemat kata kesal pada sosok ibu. Tapi sekarang, aku sadar. Perlakuanmu padaku sangat sangat kecil dibanding luka yang kau terima dariku. Pernah ku lihat air mata jatuh di matamu, mangalir perlahan melewati pipi kuning langsat ibu. Saat itu juga, aku menyesal. Aku telah melukai perasaan ibu. Sungguh perih. Cambuk ucapanku kala itu hingga membuatmu menangis. Ucapanku ternyata lebih kejam dari cubitan ibu. Bagaimana mungkin, hanya sebuah rangkaian kata bisa membuat ibu terluka? Apakah itu tidak dinamakan kejam? Sangat, sangat menyesal aku telah melakukannya.
            Bu, kini , aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dua kali. Cukup masa lalu itu menjadi pelajaran bagiku seumur hidup. Maafkan aku yang telah berburuk sangka padamu. Aku sadar, ternyata itu sudah kelewat batas. Seharusnya anakmu ini mengetahui itu. Rasa perih memar  memang pantas  kudapat. Kesalahanku di masa lampau, sudah seharusnya ditegur. Dan, itulah cara ibu menegur setelah berbagai nasihat halus ditujukan padaku.   
            Bu, bila kata maaf dapat dibeli, anakmu ini bersedia menukar semua hartanya demi membeli maaf darimu. Aku tahu, kau boleh saja tidak menerima maafku. Namun dengan lembut, tanganmu mengelus ubun ubun. Bagiku, suara khas ibu sangat menenangkan. Kata ibu, ibu telah memaafkanku. Sungguh, dirimu sangat dermawan memberi maaf.
            Bu, terima kasih telah memberi warna pada hidupku.
            Bu, sekali lagi, maaf dan terima kasih untuk semuanya.




Bekasi, 21 desember 2017 
-EmbunMata-  

Komentar

Postingan populer dari blog ini